BANYUASIN – Salah satu aspek yang kerap dikesampingkan dalam kegiatan bertani adalah aspek keberlanjutan. Padahal menerapkan pertanian berkelanjutan sama pentingnya dengan menjaga ketahanan pangan. Pertanian berkelanjutan sendiri merujuk pada proses produksi pertanian yang lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan dengan harapan untuk memastikan tidak terjadi degradasi pada lingkungan tanam baik dalam cakupan mikro maupun makro sehingga ke depannya kegiatan pertanian tetap dapat berlangsung.
Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) melalui pertanian cerdas iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) mengungkit aspek ramah lingkungan. Di BPP Karang Agung Ilir, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, intervensi SIMURP melalui CSA berdampak positif bagi petani.
Menurut Rafanal Arif, penyuluh dari BPP Karang Agung Ilir, sejak diajarkan CSA SIMURP, kebiasaannya dalam bertani mulai berubah, salah satunya dari yang biasanya menggunakan teknik hambur padi, sekarang beralih ke jajar legowo.
“Tidak hanya dari sisi pola tanam, melalui SIMURP kami juga diajarkan cara tanam yang baik, mulai dari persiapan hingga pengelolaan seperti cara membuat pupuk organik yang ramah lingkungan,” terangnya.
Menurut Rafanal, petani menyambut antusias adanya SIMURP. Petani di BPP Karang Agung Ilir kini kompak mengubah sistem tanam menjadi tanam jajar legowo. Dengan sistem tanam jajar legowo akan mengurangi kemungkinan serangan hama tikus dan menambah jumlah populasi tanaman padi sebanyak 30%. Selanjutnya, akan coba diterapkan pula metode CSA lain seperti pembuatan pupuk organik dan uji benih untuk mendorong peningkatan produktivitas yang di saat yang sama juga memastikan keberlanjutan lingkungan.